Di Pojok Nusantara tercintaku
Ladang hijau dan gedung tinggi tak pernah menyatu
Ada darah merah ada darah biru
Ada pemegang pena ada pemegang palu
ada insan mungil pergi tanpa sepatu
ada anak kecil ke sekolah hanya mengintip lewat pintu
ada penyanyi kumal jalanan meminta uang saku
ada rintihan surau mereka yang hampir mati menghisap abu
Ada juga jejeran toga hitam histeris menuntut maju
Tapi kau tahu?
si pemegang tahta di puncak monas itu
menatap sinis terduduk diam laksana paku
Tak peduli dan tetap saja tak acuh
Sungguh hatinya tertutup debu
Nusantara matipun mungkin dia tak akan tahu
Oleh : Rahma Yuliana (2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar